MAKASSAR,TAJAM.NEWS-Pasar Butung, yang terletak di Indonesia Timur, baru-baru ini merayakan hari jadinya yang ke-106 pada tahun 2023.
Tersembunyi di balik tampilan modernnya yang megah, pasar ini memiliki akar sejarah yang mendalam dan beragam.
Awalnya dikenal sebagai “Passer Boetoeng,” pasar ini memiliki koneksi yang erat dengan sejarah dan evolusi wilayah ini.
Pasar Butung, yang pernah menjadi pusat grosir terbesar di Indonesia Timur pada masanya, memiliki sejarah yang kuat.
Pasar ini pertama kali dibangun dan diresmikan pada tahun 1917 oleh Walikota Makassar berkebangsaan Belanda, J.E. Dambrink.
Nama aslinya, “Passer Boetoeng,” merujuk pada penduduk yang didominasi oleh orang-orang Buton.
Penamaan “Boetoeng” sendiri memiliki akar sejarah yang menarik, terkait dengan perjanjian Bungaya tahun 1660-an yang memengaruhi komposisi penduduk di daerah tersebut.
Dalam catatan sejarah, pasar ini awalnya merupakan pasar tradisional yang menjual hasil bumi warga, seperti sayuran dan buah-buahan, serta berfungsi sebagai terminal stasiun kereta api yang menghubungkan pelabuhan Makassar, Sungguminasa, hingga ke kota Takalar.
Namun, seiring berjalannya waktu, Pasar Butung telah mengalami serangkaian transformasi yang mengesankan. Meskipun usianya telah mencapai lebih dari satu abad, bangunan pasar ini tetap tampak megah dan modern setelah beberapa kali mengalami perbaikan. Tidak ada kesan bahwa ini adalah pasar yang telah ada selama berabad-abad.
Pagar besi mengelilingi bangunan, dan area parkir bertingkat telah dibangun.
Modernisasi telah merambah pasar ini dengan penambahan eskalator.
Pasar Butung kini sudah tidak lagi seperti pasar tradisional yang menjual produk pangan seperti sayuran dan ikan segar.
Bangunannya lebih mirip pusat perbelanjaan berlantai lima.
Perubahan ini terjadi setelah revitalisasi yang dilakukan pada tahun 1995 hingga 2002, ketika bangunan asli Pasar Butung dirobohkan dan digantikan dengan bangunan baru yang membawa penampilan yang lebih modern.
Jadi, Pasar Butung adalah saksi hidup dari perjalanan panjang sejarah Indonesia Timur, dari masa lalu yang dipenuhi dengan perdagangan tradisional hingga transformasi modern yang mengesankan.
Dengan usianya yang luar biasa, pasar ini terus menjadi salah satu ikon budaya dan pusat perbelanjaan utama di kawasan ini.(*)