Tantangan Kota Makassar: Kurangnya Ruang Terbuka Hijau dan Cuaca Panas Ekstrem

banner 120x600

Tajam.News  Kota Makassar saat ini dihadapkan pada permasalahan cuaca panas ekstrem yang mencapai titik puncak pada bulan Oktober hingga November 2023, mencapai suhu 38°C menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Makassar. Peningkatan suhu ini menjadi sorotan, terutama dengan adanya indikasi kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Makassar.

Seiring dengan pesatnya pembangunan infrastruktur seperti jalan tol dan jembatan layang, perubahan signifikan terlihat dalam tata ruang Kota Makassar. Salah satu contoh konkret terjadi di jalan protokol Andi Pettarani, di mana penebangan pohon puluhan tahun terjadi akibat proyek-proyek tersebut. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan semakin menyusutnya RTH, yang sebelumnya menjadi tempat berteduh bagi masyarakat di tengah cuaca panas.

Ahmad Yusran, praktisi lingkungan dan Ketua Forum Komunitas Hijau, menyampaikan keprihatinannya terkait fenomena ini. “Penebangan pohon dan penurunan RTH dapat menjadi pemicu langsung dari cuaca panas ekstrem. Pentingnya peran pohon dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan memberikan teduh tidak dapat diabaikan. Ini berpotensi berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.”

Ditempat yang berbeda, dalam wawancara langsung dengan Muhammad Aksan, seorang warga yang tinggal di Jalan Pettarani IV, terungkap bahwa dia merasakan dampak langsung dari perubahan cuaca dan kurangnya RTH. “Sulit mencari tempat berteduh di sekitar sini. Sebelumnya, taman dan kawasan hijau memberikan kesejukan, tapi sekarang semakin sulit ditemukan,” ungkap Muhammad Aksan.

Sementara Pengawas LH Madya Kementerian Lingkungan Hidup, Muhammad Kamil, SKM, M.Sc., dalam pernyataannya yang diterima melalui telepon, menegaskan bahwa Kementerian Lingkungan Hidup mendukung upaya pelestarian lingkungan, termasuk RTH. “Kami di Kementerian Lingkungan Hidup selalu mendukung dan mengawasi pelaksanaan regulasi terkait pelestarian lingkungan, termasuk RTH di provinsi Sulawesi Selatan khususnya kota Makassar. Kami akan memastikan bahwa setiap proyek pembangunan memperhatikan aspek pelestarian lingkungan, dan kami akan menjamin adanya kompensasi yang sesuai, seperti penanaman pohon pengganti.”

Sementara itu, Muhammad Aksan menambahkan, “Semoga pemerintah dapat lebih memperhatikan pelestarian lingkungan. Kita butuh tempat yang hijau untuk melawan panas ini.”

Dalam menghadapi permasalahan ini, Ahmad Yusran mendorong agar pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam menjaga RTH dan melaksanakan penanaman pohon. “Penting bagi kita semua untuk mencapai keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan. Perubahan iklim dan cuaca ekstrem harus memicu tindakan proaktif dalam melestarikan RTH,” ujarnya.

Komentar Anda