TAJAM.NEWS Tren penjualan rumah terus menunjukkan hal positif. 

Padahal, harga rumah subsidi naik pada awal tahun 2024 ini. 

Pengembang The Mountain View, Nurul Huda melihat adanya kenaikan harga rumah tidak berpengaruh ke penjualan rumah subsidi.

Apalagi, kuota perumahan masih kurang. 

Inflasi Tahunan Penyebab Utama Harga Rumah Subsidi Terus Ikut Naik

Ia juga mengatakan prospek penjualan rumah sudah mulai jelas. 

“Rumah kebutuhan pokok, kita lihat minat masyarakat bagus, perubahan harga tidak berpengaruh. Tahun ini kita optimis peningkatan minat pembelian masyarakat itu terjadi,” ujarnya. 

Investasi Perumahan

Analis Ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Nur Bau Masepe menurut bahwa industri properti di Indonesia, berkontribusi 14-16 persen terhadap pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Realisasi investasi menyentuh Rp110-120 triliun tiga tahun belakangan ini.

“Industri ini punya efek ganda ke sektor lainnya seperti tenaga kerja, keuangan toko bahan bangunan,” ujarnya. 

Selain itu, investasi perumahan menggerakan perekonomian di suatu daerah. 

“Banyak perumahaan, maka daerah itu akan maju menjamur warung makan, toko kelontong, dan jasa lainnya,” katanya. 

Kenaikan harga rumah tentu memberatkan konsumen atau masyarakat kelas menengah ke bawah. 

“Dulu rumah subsidi dua tahun lalu saja seharga Rp156 juta sekarang tahun 2024 sudah dirilis harganya Rp182 juta,” ujarnya. 

Menurutnya, kenaikan harga rumah karena efek tingkat inflasi, biaya KPR, biaya tenaga kerja, tarif pengiriman barang, BBM, dan listrik.  

“Semua hal ini tentu buruk sekali akibatnya,” ucapnya. 

Ia mengatakan pemerintah harus punya solusi untuk masyarakat agar memiliki rumah hunian yang layak terutama pasangan suami istri yg baru menikah

“Jumlah backlog kita juga masih tinggi, berdasarkan data REI tahun 2022 sekitar 13 juta,” katanya. 

Ia melihat bahwa membeli rumah itu tidak bisa dijadikan investasi. Apalagi kalau rumah yang dibeli tersebut dihuni untuk sehari-hari.

“Jadi untuk investasi kalau beli rumah

dengan rumah itu kita sewakan, itu baru investasi bukan dihuni sehari-hari,” ujarnya. 

Ia juga membeberkan bahwa cara tercepat untuk membeli rumah adalah dengan cicilan kredit perumahan subsidi, kalau gaji Rp2-3 juta ia melihat bahwa itu tidak bisa beli rumah dengan sistem rumah subsidi, harus bergaji di atas itu. 

Karena untuk kehidupan sehari-hari saja tidak cukup sementara cicil di bank itu jangka panjang 15-20 tahun. 

“Walaupun ada yang cicilan Rp800 ribu sampai dengan Rp1,5 juta, tetapi itu butuh ekstra keras untuk berhemat, dan harusnya suami istri bekerja,” terangnya.(*)