Oleh: Bob Wahyudin

TAJAM.NEWS-Ketika kita membahas “gemoy” dalam konteks yang lebih luas, kita tidak hanya melihat sekadar tren bahasa gaul, tetapi juga bagaimana istilah ini mencerminkan dinamika sosial yang lebih kompleks.

Gemoy yang awalnya merupakan ekspresi kegemasan dan keremajaan, telah bertransformasi menjadi sebuah fenomena linguistik yang menandai kreativitas dan kecerdasan generasi muda.

Istilah ini merefleksikan bagaimana anak muda hari ini berinteraksi, berekspresi, dan memandang dunia dengan cara mereka sendiri.

Namun, di balik sisi positifnya, “gemoy” juga membawa tantangan, khususnya ketika digunakan dalam konteks yang lebih serius seperti kesehatan atau politik.

Penggunaan istilah ini dalam diskusi tentang isu-isu serius dapat menyebabkan distorsi persepsi.

Dalam konteks kesehatan, misalnya, “gemoy” sering dikaitkan dengan kelebihan berat badan atau obesitas, yang sebenarnya adalah masalah kesehatan serius dengan konsekuensi yang luas.

Adanya tren ini, yang muncul dalam kampanye Pilpres 2024, menambah kompleksitas dalam pemahaman kita terhadap bahasa dan dampak sosialnya.

Sebagai bagian dari masyarakat, kita harus memastikan bahwa penggunaan bahasa tidak hanya menghibur tetapi juga mengandung informasi yang akurat dan bertanggung jawab.

Penting untuk selalu waspada terhadap konteks dan implikasi dari istilah seperti “gemoy”, agar kita tidak hanya menjaga kekayaan bahasa tetapi juga memastikan bahwa komunikasi kita memberikan pencerahan dan nilai tambah.

Dengan demikian, mari kita hargai kekayaan bahasa gaul dengan kesadaran dan tanggung jawab.

Setiap kata yang kita ucapkan atau tulis tidak hanya mencerminkan diri kita tetapi juga berpotensi memberikan dampak kepada orang lain dan masyarakat secara keseluruhan, terutama dalam memahami dan merespons isu-isu serius seperti kesehatan dalam konteks sosial dan politik yang lebih luas.(*)